Senin, 21 November 2011

Kisah Seuntai Kalung Mutiara



Adhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi al-Anshari tinggal di Makkah. Setelah melewati waktu yang lama tanpa makanan lebih dari apa yang bisa ditahannya dia menjadi kelaparan dan tidak ada sesuatu yang dapat ditemukan untuk menghilangkan rasa laparnya. Ketika ia berjalan di kota Makkah memikirkan keadaannya, ia menemukan sebuah sebuah tas sutera yang diikat oleh tali sutera pula. Lalu ia mengambilnya dan membawanya pulang ke rumah. Disana ia membuka tas tersebut dan mendapatkan seuntai kalung mutiara yang tidak pernah ia lihat yang seindah dan dan bernilai seperti kalung itu selama hidupnya.
Namun, jika dia merasa begitu bergembira menemukan barharga berharga seperti itu, kegembiraan itu akhirnya menghilang. Karena ketika ia keluar ke jalan, ia bertemu dengan seorang tua yang mengumumkan bahwa ia telah kehilangan sebuah tas sutera yang berisi kalung yang sangat berharga. Orang tua tersebut berkata bahwa tersedia hadiah sebesar 500 dinar bagi orang yang mengembalikan tas beserta kalung itu. Banyak orang telah diji dengan tes serupa (maksudnya pencarian kalung tersebut-pent) mengalami kegagalan, khususnya orang-orang miskin dan orang-orang sangat tergoda dengan nilai benda tersebut. Namun tidak demikian halnya dengan Imam Abu Bakar. Bukannya memikirkan keadaan dirinya, mengajak orang tua itu ke rumahnya dan memintanya untuk menggambarkan tas tersebut, tali pengikat tas, mutiara, serta rantai pengikat mutiara tersebut. Orang tua itu tentu saja memberikan gambaran yang tepat mengenai segala hal, sehingga Imam Abu Bakar mengambil benda yang hilang tersebut dan memberikan kepadanya.
Orang tua itu segera mengambil uang 500 dinar dan mencoba memberikannya kepada Imam Abu Bakar. Namun Imam Abu Bakar menolaknya dan mengatakan bahwa adalah kewajibannya dalam agama untuk mengembalikan barang yang hilang tersebut dan oleh sebab itu tidak pantas baginya untuk mengambil hadiah setelah memenuhi kewajiban tersebut. Orang tua tersebut berusaha untuk memaksa selama beberapa saat, akan tetapi Imam Abu Bakar bersikeras bahwa ia tidak akan mengambil uang itu. Orang tua itu pun kemudian pamit dan pergi. Tidak lama setelahnya, Imam Abu Bakar berpikir untuk mencari kehidupan yang lain dan sumber penghidupan yang baru, ia meninggalkan kota Makkah dan menjadi penumpang sebuah Kapal . Dalam perjalanannya, kapal tersebut tenggelam. Dan sebagai akibatnya banyak orang yang meninggal, tenggelam besama kapal ke dasar laut. Kapal tersebut pecah berkeping-keping, dan dengan susah payah Imam Abu Bakar berhasil berpengangan pada salah satu potongan kapal dan tetap mengapung. Ia terus berpegangan pada potongan kapal tersebut selama waktu yang panjang dan ketika ia terdampar pada sebuah pulau yang berrpenghuni, ia tidak mengingat berapa lama ia telah mengapung sendirian di tengah laut.
Sebagai orang baru di pulau itu, ia tidak mengenal seorang pun, dan ia membutuhkan tempat untuk beristirahat dan memulihkan dirinya. Ia duduk di sebuah Masjid. Ketika duduk di dalam masjid sambil membaca Al- Qur’an banyak orang yang mendengarkan dan mendekatinya, memintanya untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dia merasa sangat gembira mengajar mereka. Dan sebagai balasan atas jasanya (mengajar) mereka membayarkan dengan sejumlah besar uang. Kemudian dia menemukan mushaf Al-Qur’an. Akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk membaca langsung dari Al-Qur’an dan tidak sekedar membacanya berdasarkan ingatannya. Ternyata setidaknya sebagian besar penduduk pulau tersebut buta huruf. Melihat ia bisa membaca, pemimpin orang-orang itu mendekatinya dan bertanya apakah dia dapat menulis. Dia membenarkannya. Maka orang-orang itu pun berkata;
”Ajarilah kami menulis.”
Mereka kemudian membawa anak-anak dari segala umur kepadanya dan dia kemudian menjadi guru mereka. Dan dia (imam Abu Bakar) kembali mendapat bayaran yang sangat besar. Merasa senang dengan kepribadian dan ilmu sang pendatang baru, pemimpin pulau itu mendekatinya dan berkata:
”Diantara kami hidup seorang gadis muda yatim yang kaya, dan kami ingin engkau menikahinya.” Pada awalnya Imam Abu Bakar menolaknya namun mereka terus memaksanya. Akhirnya ia menyerah dan setuju untuk menikahi gadis itu.
Pada hari pernikahannya, pemimpin pulau itu menghadirkan pengantin kehadapan Imam Abu Bakar.Dengan sorot mata penuh takjub, ia mulai menatap pada kalung yang dikenakan gadis itu. Begitu lama ia terpaku menatapnya hingga pemimpin pulau itu berkata: ”Engkau telah menyakiti hati gadis ini, karena bukannya menatapnya engkau malah menatap kalungnya.”
Imam Abu Bakar kemudian menceritakan kisahnya dengan seorang laki-laki tua di Makkah. Orang-orang yang hadir lalu bersyahadat dan bertakbir. Suara mereka begitu keras hingga dapat terdengar oleh seluruh penghuni pulau tersebut. Imam Abu Bakar berkata,
”Ada apa dengan kalian?” Mereka berkata:
”Orang tua yang mengambil kalung itu darimu adalah ayah dari gadis ini dan ia selalu berkata: ’Saya belum pernah menemukan seorang Muslim yang sejati dan ikhlas di dunia ini kecuali orang yang mengembalikan kalung ini’, dan dia selalu berdoa: ”Ya Allah, pertemukanlah aku dengan lakilaki itu agar aku dapat menikahkan puteriku dengannya.’” Dan kini, hal tersebut menjadi kenyataan.
Imam Abu Bakar tetap hidup manakala isteri dan anak-anaknya meninggal, dan mewarisi kalung tersebut. Dan kemudian dia menjualnya seharga 100.000 dinar. Ia menjadi seorang yang kaya raya di akhir hidupnya.

Sumber: Transkirp Audio Book : Gems and Jewels from the Salaf

Senin, 07 November 2011

Kolam Renang terdalam di dunia

Nemo 33 adalah kolam renang dalam ruangan terdalam di dunia. Kolam renang terletak di Brussels, Belgia. Kedalaman maksimum adalah 33 meter (108 kaki). Ini berisi 2,5 juta liter non-diklorinasi, sangat disaring mata air dijaga pada 30 ° C (86 ° F) dan memiliki beberapa gua bawah laut disimulasikan di 10 meter (33 kaki) tingkat kedalaman. Ada banyak jendela bawah laut yang memungkinkan pengunjung luar untuk melihat ke dalam kolam renang di berbagai kedalaman. Kompleks ini dirancang oleh ahli Belgia John menyelam Beernaerts sebagai instruksi menyelam multi-tujuan, rekreasi, dan fasilitas produksi film, 2004.

Kolam renang di resor San Alfonso del Mar sekitar dua meter lebih dalam, dengan kedalaman 35 meter (115 kaki) pada akhir mendalam.

* Air: 2.500.000 liter air mata pada suhu 30 ° C, visbility> 33m, tanpa bau kaporit
* Fermentasi: 2 kolam renang, 3 lubang (5, 10 dan 33m)
* Dekorasi: Gua di-10m, kemungkinan memperbaiki dekorasi baru.
* Jangan pernah terlihat sebelumnya: Tiga lonceng permanen dari udara di bawah tekanan (-9m,-7m, udara diperbaharui permanen), mereka menghindari tiket pulang tanpa henti-bawah permukaan siswa dan instruktur-nya.
* Teknik: anchoring 250 poin didistribusikan dalam tangki untuk:
o changer aspek kolam renang (untuk amatir)
o dapat disesuaikan dengan kebutuhan untuk membuat film
o untuk disesuaikan dengan kebutuhan bagi para ilmuwan dan teknisi
* kamar Mengubah: Dipanaskan, pria wanita yang dipisahkan, shower terpisah, toilet terpisah.
* Lightning: Alam & buatan

7 desa terunik di dunia

1. Desa dengan 100 kembar identik

tak heran jika guru di sekolah itu mendapat tugas tambahan untuk menghapal muridnya satu per satu. Kedua puluh pasang anak kembar itu berjenis kelamin sama dan merupakan kembar identik. Para guru kerap salah saat menyapa nama mereka. Apalagi setiap pasang anak kembar hanya dibedakan dengan belahan rambut.Kebanyakan anak kembar lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yg mengundang untuk diteliti.


2. Desa unik yang mempunyai penduduk hanya satu orang

adalah seorang pria bernama don sammons (60th) yang sudah terbiasa tinggal sendirian. Di rumah? Tidak! Dia tinggal di dalam sebuah desa aneh yang hanya berpenduduk 1 orang, yaitu dirinya.
Desa buford terletak di wyoming, colorado, daerah perbukitan dengan suhu rendah terlebih di musim dingin. Desa ini telah ditinggalkan oleh seluruh penghuninya yang memilih untuk tinggal di tempat lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik karena merasa wilayah ini tidak akan bisa berkembang. Namun tidak demikian dengan kakek sammons yang kekeh untuk tetap tinggal di sana walaupun seorang diri. Sammons meninggalkan los angeles th 1980 bersama istri dan anaknya dan memilih menetap di buford yg ketika itu masih dihuni oleh sekitar 2000 orang pekerja rel kereta api. Ketika istrinya meninggal 15 tahun lalu, anaknya yang kini berusia 26 tahun pun memilih untuk pindah ke kota colorado.
Sammons mengelola sendiri sebuah pom bensin kecil dan sebuah toko untuk melayani mereka yang mampir dalam perjalanan lintas negara. “dalam sehari toko saya bisa dikunjungi 1000 orang di musim panas, namun menurun hingga 100 orang saja di musim dingin,” kata sammons yang mengklaim dirinya sebagai raja di buford.

Hewan-hewan terkecil di dunia


Monyet kerdil ini merupakan hewan langka yang jarang ditemui di Hutan liar. Tinggi tubuh mereka hanya 5-6 inc.


Etruscan Shrew adalah Mamalia terkecil dengan panjang tubuhnya 36mm.
Peewee adalah Hamster terkecil di dunia dengan berat tubuh tidak sampai 1 ons dan tinggi tubuh 2,5cm.



Kuda terkecil yang dinamai Thumbelina ini mempunyai tinggi tubuh 17 inch (43.18 cm) Thumbelina diasuh oleh pemiliknya Goessling Paul dan Kay.



Peewee adalah Hamster terkecil di dunia dengan berat tubuh tidak sampai 1 ons dan tinggi tubuh 2,5cm.


The Brookesia Minima adalah spesies bunglon terkecil di dunia dengan panjang tubuh hanya setengan inci.


Leptotyphlops carlae adalah ular terkecil di dunia, dengan panjang tubuh untuk ular dewasanya rata-rata dibawah 4 inci


Nama ilmiahnya adalah Sphaerodactylus ariasae, memiliki panjang 16 mm atau sekitar tiga perempat inci, dari ujung moncong ke pangkal ekor.


Paedocypris progenetica termasuk anggota keluarga dari Ikan Gurami, ditemukan di Pulau Sumatra Indonesia. ikan hanya memiliki panjang 7,9 mm.
Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita Muhammad  dilahirkan. Kisah yang menggambarkan kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini.

Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu  bersabda:

“Ada seorang laki-laki membeli sebidang tanah dari seseorang. Ternyata di dalam tanahnya itu terdapat seguci emas. Lalu berkatalah orang yang membeli tanah itu kepadanya: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Si pemilik tanah berkata kepadanya: “Bahwasanya saya menjual tanah kepadamu berikut isinya.”

Akhirnya, keduanya menemui seseorang untuk menjadi hakim. Kemudian berkatalah orang yang diangkat sebagai hakim itu: “Apakah kamu berdua mempunyai anak?”

Salah satu dari mereka berkata: “Saya punya seorang anak laki-laki.”

Yang lain berkata: “Saya punya seorang anak perempuan.”

Kata sang hakim: “Nikahkanlah mereka berdua dan berilah mereka belanja dari harta ini serta bersedekahlah kalian berdua.”

Sungguh, betapa indah apa yang dikisahkan oleh Rasulullah  ini. Di zaman yang kehidupan serba dinilai dengan materi dan keduniaan. Bahkan hubungan persaudaraan pun dibina di atas kebendaan. Wallahul musta’an.

Dalam hadits ini, Rasulullah  mengisahkan, transaksi yang mereka lakukan berkaitan sebidang tanah. Si penjual merasa yakin bahwa isi tanah itu

sudah termasuk dalam transaksi mereka. Sementara si pembeli berkeyakinan sebaliknya; isinya tidak termasuk dalam akad jual beli tersebut..

Kedua lelaki ini tetap bertahan, lebih memilih sikap wara’, tidak mau mengambil dan membelanjakan harta itu, karena adanya kesamaran, apakah halal baginya ataukah haram?


Minggu, 06 November 2011

Karawang Bekasi- Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957

Senin, 15 Agustus 2011

Game watch yang membuatku malu


Game watch yang membuatku malu

Seperti biasa ibu membangunkan aku untuk sholat subuh. Kemudian  mandi pagi dan memakai baju sekolah dasarku. Lalu aku menyiapkan tas dan sepatu. Ibu kemudian memanggilku untuk sarapan pagi.
”Mutiah… makan pagi dulu nih…!!”. Ujar ibuku dengan suara agak keras. Aku pun makan pagi dengan lahap, setelah itu aku mengenakan sepatu dan mengambil tas serta berpamitan kepada ibu dan ayah.
 “Aku berangkat sekolah dulu yah, bu…” kataku sambil mencium tangan keduanya. “Iya, belajarlah dengan baik ya… “kata ayah dan ibu.
 Setibanya di sekolah, aku segera masuk ke ruangan kelas untuk menyimpan tas di bangku. Tak lama kemudian lonceng masuk berbunyi. Aku pun menyiapkan buku pelajaran untuk jam pertama yaitu bahasa Indonesia. Kemudian masuklah guru bahasa Indonesiaku Pak Toto.
“Selamat Pagi anak-anak” Sapa Pa Toto dengan ramahnya kepada kami. “Selamat pagi bapak guru….! “ jawab kami secara serentak. “Hari ini kalian akan Bapak beri materi tentang membuat puisi…..” kata Pak Toto lebih lanjut. Belum selesai Pak Toto berbicara, terdengar suara game watch dengan suara nyaring..Pak Toto dan seisi kelas mencari-cari darimana sumber bunyi suara itu. Aku sangat kaget karena ternyata bunyi itu berasal dari dalam tasku. Semua mata memandang heran kepadaku.
 “Mutiah suara apa itu…?” Tanya Pa Toto kepadaku. Aku menjadi gugup ditanya oleh Pa Toto karena aku merasa tidak membawa benda yang dapat mengeluarkan bunyi seperti bunyi itu.
“ee…ee.. gak tahu pak……” kataku sambil merasa malu.
           “Coba kamu periksa dalam tasmu bunyi apa itu….?” Kata Pak Toto Lagi. Lalu secepatnya aku memeriksa tas. Betapa kagetnya aku ternyata di dalam tas ada game watch yang tidak pernah aku bawa sampai ke sekolah. Maka tertawalah seisi kelas setelah mereka tahu bahwa aku membawa game wacth . Mereka mengira bahwa aku masih suka main game watch. Bukan main malunya aku saat itu…untung kejadian itu tidak terus berlanjut sampai lonceng pulang berbunyi.
Bergegas aku pulang untuk mengetahui siapa yang sebenarnya memasukkan game watch itu ke dalam tasku. Karena aku tak merasa membawanya ke sekolah. “Wah…siapa yang usil memasukkan game watch ini ke dalam tasku….” Pikirku . 
“Awas kalau nanti ketahuan akan ku beri hadiah”Ancamku dengan hati dongkol.
 Sesampainya di rumah segera aku temui orang yang pertama aku curigai yaitu adik laki-lakiku yang biasa usil. “Muadz …..”teriakku sambil marah. “Apa….” Ujar adikku.
“Sini…, kakak ingin tanya baik-baik…. Kamu harus jujur ya…”kataku dengan suara yang tidak marah agar aku bisa membujuknya mengaku.
“Ada apa kak..?”kata Muadz.
“ Kamu… tadi pagi memasukkan game watchmu ke dalam tasku ya….?”tanyaku lebih lanjut.
”iiihhh ….bukan …masa aku masukin game watch ke dalam tas kakak?  aku  cari-cari dari tadi mana game watchku….”.Sanggah Muadz . Aku pun kaget mendengar jawaban adik tadi. Apakah muadz berkata jujur ataukah tidak?, tapi aku berusaha untuk percaya.
“Iya …. Sudahlah kalau kamu tidak merasa ….pergilah bermain lagi…..maafin kakak ya…..”ujarku sambil pergi ke kamar untuk berganti pakaian.
“Siapa ya…yang menjahiliku….? “pikirku dalam hati.
 “Aku harus pecahkan misteri ini…!!!.”tegasku dalam hati.
 Kuhampiri meja makan karena perutku mulai keroncongan. Selesai makan aku sholat Dhuhur dengan khusuk dan berdoa kepada Alloh SWT agar memberi petunjuk dalam mencari tahu siapa yang berbuat jahil kepadaku.
“Mutiah…..dimana kamu …? Panggil Ibu yang baru datang dari warung.
“Di kamar bu…! baru selesai sholat dhuhur…. “jawabku. Segera aku keluar kamar menemui ibuku yang tampaknya memerlukan bantuanku.
 “Mutiah tolong simpan belanjaan ibu di dalam kulkas ya…!!.”Sahut ibuku yang ternyata benar memerlukan bantuanku.
“Baik bu….”jawabku.
“Bu….aku tadi di sekolah malu banget sama Pak guru dan teman-teman…” jelasku pada ibu.
“Lho emang kenapa kamu malu…..?” Tanya ibu.
“Ada gamewatchnya muadz dalam tasku, lalu berbunyi keras terdengar oleh teman-teman dan Pak Guruku.” Kataku lagi.
“Wah…Wah….” kata ibuku sambil tersenyum.
“Siapa ya bu kira-kira yang memasukkan benda itu ke dalam tasku ya…?”tanyaku pada ibu dengan harapan dapat petunjuk.
“Wah …..siapa ya….di rumah ini kan hanya kamu dan adikmu …” selidik ibu.
“Sudah kamu tanya adikmu….?” kata ibu lagi.
“Sudah….Tapi dia tidak melakukannnya.” jawabku singkat.
“Hmm…..” ibu menghela nafasnya dalam dalam. Tak lama kemudian ayah datang dari tempat kerjanya.
“Assalamuaikum……!!!” ujar ayahku di depan pintu.
“Waalaikum salam ……!!”sahut kami berdua.
 “Mana muadz kok gak kelihatan….”tanya ayahku sambil menuju ruang kerjanya untuk menyimpan tas .
”Gak tahu tuh…..mungkin lagi main sama Egi di rumahnya….”Jawabku.
 “Kemarin juga Egi lama sekali main gamewatch disini ….”kata ayahku.
“Hah!! main gamewatch…?” Pikirku, jangan-jangan muadz berbohong padaku.
“Yah…tahu gak ? dimana disimpan gamewatchnya itu…?” tanyaku pada ayah.
“Sepertinya disimpan oleh Egi karena Muadz ayah suruh tidur siang….” jawab ayah.
“Wah jangan-jangan Egi yang menyimpan gamewatch muadz ke dalam tasku…” pikirku.
Lalu aku ceritakan peristiwa yang kualami kepada ayah. Juga rasa malu yang kurasakan. Ayah tertawa. Kemudian ayah bercerita bahwa ayahlah yang menyuruh Egi untuk menyimpan di dalam tas Muadz. Egi tidak tahu tas Muadz, karena pada saat itu ada dua tas yang tergeletak diatas mejaku. Muadz menyimpan tasnya setelah pulang dari TK di atas meja belajarku, sehingga Egi salah memasukkan gamewatch itu…..***

Timun Suri Curian


TIMUN SURI CURIAN

                                                                                           Oleh              : Nazma H Laila

Bel tanda pelajaran berakhir untuk kelas satu telah berbunyi. Aku ingin segera sampai ke rumah kala ingat janjiku pada Egi untuk bermain bersama. Egi teman baikku yang selalu menemani bermain setelah pulang sekolah. Egi tinggal tidak jauh dari rumahku, dia juga siswa kelas 1, namun berbeda sekolah denganku.
Sesampainya di rumah aku segera berganti pakaian.
“Muadz udah ganti pakaianmu..belum?”tanya ibu dari dapur ketika mendengar langkah kakiku yang sudah berada di kamar.
 “Lagi ganti baju….Bu…!!”Jawabku. Secepat kilat aku keluar rumah menemui Egi di pekarangan rumah yang telah menunggu sesuai janjiku padanya kemarin. Hari ini aku dan Egi merencanakan permainan petualangan. Belum selesai merencanakannya, tiba-tiba Nida kakakku datang dari sekolahnya dan melihat kami sedang bermain.
“Muadz aku ikutan main… Ya..!” kata Nida.
“Aku mau ganti baju dulu, ..jangan ninggalin aku ya…!” lanjutnya.
 “iya…kak.!” Jawabku
 Tak lama kemudian Nida muncul. Ia membawa sisa jajanan dari sekolahnya dan membagikannya kepada kami.
“Kalian mau main apaan..?” tanya Nida .
 “Permainan petualangan.kak!” Jawab kami.
“Tapi kita belum menentukan permainan petualangan itu..”
“Kalau begitu bagaimana jika kita main ke sawah ..?” ajak Nida kepada aku dan Egi .
“Akan asyik lho main di sana…”
Aku dan Egi setuju usul Nida. Kami bertiga bergegas pergi ke pesawahan yang agak jauh dari rumahku. Ketika berjalan di jalan setapak, “Hei lihat itu !” kata Nida sambil menunjukkan tangannya ke sebuah sawah yang ditanami timun suri.
“Kita kesana saja”.
“Aku setuju” kata Egi.
Di sana, kami berpencar untuk melihat-lihat bila ada timun suri yang terlepas dari tangkainya. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah timun suri yang sudah ranum. Kulihat sekelilingku, Nida dan Egi tak melihat ke arahku dan tak ada orang lain yang melihatku. Lalu, aku cabut timun suri itu dari tangkainya.
“Nida, Egi…” panggilku kepada mereka. Mereka menghampiriku.
“Ada apa?” tanya Nida.
“Lihat, timun surinya !” tunjukku pada timun suri tersebut.
“Kita ambil saja” Usulku.
Egi menengok sekeliling khawatir ada orang yang melihat. Lalu Egi menyimpan timun suri itu di dalam baju. Kami saling berpandangan.
“1…2…3… Kabur…”. Teriak Nida sambil berlari duluan.
Kami berlarian di jalan setapak sampai agak jauh dari tempat tadi. Setelah menemukan tempat yang aman, kami menikmati timun suri curian itu. Belum habis timun suri kami nikmati, tiba-tiba perutku terasa sakit. Nida mengajakku pulang. Kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Sakit perutku semakin menjadi-jadi sampai aku hampir menangis.
“Muadz, kenapa wajahmu seperti menahan sakit?” tanya ibu ketika melihat aku datang sambil meringis kesakitan.
“Perutku sakit bu” jawabku.
“Kenapa… ?, pasti ada yang kau makan di luar.”
“Timun suri bu”
“Timun suri darimana?”
“Diberi oleh Nida bu”
“Apa..?, bukan, Muadz bohong, bukan dari aku” sanggah Nida.
“Hayoo, siapa yang berbohong ini?, Muadz atau Nida?”
“Muadz yang metiknya, aku hanya ngasih tahu tempatnya” sanggah Nida.
“Wah.. apa betul itu Muadz?”
Karena sakit perutku semakin menjadi-jadi akhirnya aku mengakui bahwa timun suri tersebut aku ambil dari sebuah ladang timun suri milik orang lain. Lalu ibu memarahi dan memberi nasihat. Aku dan Nida hanya diam saja mendengarkan. Aku menyadari kesalahan yang telah kulakukan.
Tak lama kemudian ayah datang menghampiri kami dan menanyakan apa yang telah terjadi. Ibu lalu menceritakan peristiwa yang kualami pada ayah. Ayah marah besar dan memarahi kami habis-habisan. Terutama pada kakakku Nida, yang mengajak adiknya bermain tidak baik.
Akhirnya aku sadar apa yang telah aku perbuat. Bahwa perbuatan itu tidak baik. Aku kapok, sudah sakit perut, dimarahi habis-habisan oleh ayah. Aku janji tak akan mengulanginya lagi.***

Jumat, 12 Agustus 2011

Sahabat Sejati


  *Sahabat sejati*

Hari ini kamu mau ke mana Lar? dari pada bengong mulu mending kita ke taman, yuk...!” ajak Hana.
bisa gak sih kamu diam, aku lagi gak mau ke mana-mana, aku lagi mau sendirian. jadi, ku mohon tinggalkan aku...” sentak Lara kepada Hana, lalu Hana merasa hatinya sangat terpukul dan tersinggung, ia pergi menjauh dari tempat itu dengan perasaan yang sedih, Dira ingin ikut dengannya karena tak sanggup melihat Hana diperlakukan seperti itu, tetapi Hani tetap berada ditempat itu bersama Lara. Entah kenapa Lara menjadi seperti ini.
4 hari berturut-turut, Lara tetap saja masih marah karena kejadian 4 hari yang lalu, dan Hani pun hampir putus asa karena sudah berkali-kali menasehatinya tetapi tak juga berhasil,
Lara, kamu harus menyadari berapa lama kamu begini terus, bisa-bisa kamu tak akan pernah bersama sahabat-sahabatmu lagi, bukannya Hana itu juga sahabat kita? kenapa kamu begitu kepadanya...?” ujar Hani, “tetapi entah kenapa aku malah memarahinya waktu itu emosiku sudah tak terkendali,dan juga aku tak bermaksud memarahinya...”desah Lara, dan lara pun memceritakan semua masalah yang ditimpanya. Akhirnya mereka pun pergi ke tempat dimana Hana berada untuk mengatakan maaf dan menceritakan semuanya kepada Hana.
Hana pun mengerti dan memberikan maaf kepadanya “Hana maafkan aku atas kejadian yang lalu, aku sebenarnya tak bermaksud memarahimu...!” jelas Lara “ tak apa, aku sudah memaafkanmu, tetapi kita akan selalu menjadi sahabat sejati selamanya, khan ...?” ujar Hana “Kita akan selalu menjadi sahabat sejati, dan jangan lupakan itu...”ujar  Lara mengingatkan.
 “Dan mulai hari ini diantara persahabatan kita tidak akan ada lagi permusuhan, jika ada yang memiliki masalah diantara kita, dan kita selesaikan bersama-sama...”ujar Lara. Lara pun dan ketiga sahabatnya pergi melanjutkan aktitasnya masing-masing.
Keika keesokan harinya, Lara bersama sahabat-sahabatnya berencana untuk pergi berpiknik “ hai kawan, bagaimana kalau kita pergi berpiknik dengan tujuan merayakan persahabatan kita...?” ujar Lara dengan ceria “baik, kami setuju...!” jawab Hana “ya!” seru mereka serempak.
Pagi hari yang indah mereka berempat segera bersiap-siap akan berangkat, mereka harus berkumpul di depan sekolah mereka, mereka saling menunggu satu sama lain, semuanya sudah berkumpul kecuali Dira,
          “kak, ini ada surat dari kak Dira...!” ujar seorang anak kecil yang tak mereka kenal, lalu mereka membaca suratnya ternyata Dira tak bisa ikut karena ayahnya sakit parah sekarang ayahnya sedang berada di rumah sakit,
          “bagaimana kalau kita menjenguk ayahnya Dira dirunnah sakit...?” usul Lara,
          “bagaimana dengan pikniknya?” tanya Hani,
          “tidak apa-apa khan kalau pikniknya gak jadi...!” usul Lara
          “tak masalah yang pening adalah ayahnya Dira...” ujar Hana
Mereka menaiki mobil kemudian berangkat menuju rumah sakit. Mereka disana hanya diizinkan unuk menunggu diluar karena ayahnya lagi istirahat,
          “bagaimana keadaan ayahmu...?” tanya Hana,
          “baik!” jawab Dira,
          “penyakit apa yang telah dialami ayahmu?” tanya Lara,
          “hanya demam dan batuk...” jawab Dira,
          “yang jadi masalah kami sekeluarga tidak bisa membayar biaya rumah sakit dan pengobatannya...” ujar Dira sedih,
          “sebentar ya Dira kami bertiga pergi dulu sebentar...!” ujar Lara
          “bagaimana kalau kita sumbang separuh uang kita untuk pembayaran rumah sakit dan pengobatannya?” usul Lara pada sahabat-sahabatnya, kemudian mereka setuju kemudian mereka mengodok saku mereka masing-masing,
 “uang sakuku hanya ada Rp 740.000 rupiah,mama hanya memberinya segitu...” ujar Hana
“tak apa” jawab Lara, semuanya menyumbang dan hasilnya cukup banyak,
“sekiranya cukup untuk pembayaran dan pengobatan...” ujar Lara, mereka pergi beranjak ketempat pembayaran. Setelah membayar mereka berjalan menuju dimana tempat Dira berada sekiranya diperjalanan “apakah setidaknya kita berikan saja uang tadi kepada Dira,” ujar Hani heran, “tidak perlu, khan supaya surprise...”ujar Lara.
Sesampainya ditempat Dira, mereka bercakap-cakap tak lama kemudian,
“ Dira kami pulang dulu, ya... see you tomorrow!” ujar Hana
“Yeah, see you!” jawab Dira
Mereka pun pulang kerumah mereka masing-masing.
Keesokan harinya, “trim’s ya, sahabat-sahabatku kalian telah membayarkan biaya rumah sakit dan pengobatan, ayahku sekarang sudah bisa pulang kerumah dan kami berterimakasih pada kalian atas pengorbanannya, aku sangat bangga sekali memiliki sahabat seperti kalian,” ujar Dira
“ingat janji persahabatan kita, kita harus saling tolong menolong, dan kita juga ikut bangga melihat salah satu keluarga sahabat kita yang bahagia..” ujar Lara, mereka adalah sahabat yang selalu bahagia dan jika salah satu dari mereka ada yang menderita mereka pun turu merasa menderita, selau cepat untuk menyelesaikan masalahnya.J